Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Global Sumud Flotilla, sebuah "gerakan people power dunia" menolak genosida rakyat Palestina

 


Setelah demo akan kesewenangan pemerintah, mulai dari Indonesia di bulan Agustus, diikuti beberapa negara seperti Nepal, Australia, Timor Leste, Filipina, Inggris, hingga Turki, gelombang demo meningkat ke kelas dunia, yaitu menentang kewenangan Israel terhadap Palestina. Global Sumud Flotilla (GSF), sebuah gelombang demo dari 44 negara, dengan menggunakan sekitar 60 kapal yang mengangkut 300-an aktivis perdamaian. Setelah beberapa lama tertahan di Tunisia, pada 15 September 2025 berangkat menuju ke Gaza melalui laut mediteranian. GSF akan menempuh jarak sekitar 2.300 km jika dilihat di peta dengan misi membuka blokade Israel terhadap Gaza dan memberikan bantuan.



Unjuk rasa terhadap kekejaman Israel sudah banyak dilakukan di berbagai negara, bahkan sempat juga aktivis Greta Thunberg (Swedia) dan timnya masuk ke perairan Gaza namun ditangkap tentara Israel dan dideportasi pada 9 Juni 2025. Kali ini dia kembali beraksi bersama GSF, yang menolak diam melihat kekejaman Israel. Dengan tagline, "When the world stays silent, we set sail" telah mulai melakukan aksi yang telah digalang sejak bulan Juli. Mereka yang tidak bisa turut serta pun dapat berkontribusi. Di situs resminya, donasi berlimpah ruah dan bahkan telah ditutup karena sudah melampaui 3 kali lipat dari target. Terdapat 30 orang aktivis dari Indonesia, diantaranya ada Wanda Hamidah dan Chiki Fawzi, puteri dari Ikang Fawzi. 

GSF adalah bukti bahwa warga sebuah negara tidak selalu sejalan dengan pemerintah. Di saat sikap pemerintah ambigu terhadap Israel yang nyata-nyata melakukan genosida warga Palestina, individu-individu itu tidak bisa diam tak berbuat apa-apa. Mereka bersatu bukan karena kepentingan kelompok, suku bangsa, dan agama. Mereka bersatu karena masih memiliki hati yang sama-sama berfungsi dengan baik. Tidak sanggup melihat penderitaan rakyat Palestina dan harus berbuat sesuatu. Beberapa gerakan dari berbagai negara akhirnya bisa terkonsolidasi dan mulai mengarungi laut mediterania menuju Gaza. 

Daftar kekejaman Israel sudah terlalu panjang dan sangat menyesakkan dada. Tentara Israel bukan lagi berperang, yaitu pertempuran antar sesama pasukan yang bersenjata. Mereka jelas-jelas berupaya membunuh sebanyak mungkin warga sipil dengan berbagai cara bahkan dengan cara yang paling keji yang belum pernah terpikirkan. Mereka memblokade bantuan makanan untuk membuat rakyat kelaparan. Ketika datang bantuan dan rakyat Palestina berusaha mendapatkan bantuan malah ditembak, bahkan pakai tank. Tak segan-segan mereka melakukan serangan udara yang menyasar tenda-tenda pengungsian. Mereka juga berusaha menghancurkan rumah sakit, membunuh para tenaga medis, para wartawan, dan mencoba memutus koneksi komunikasi dengan dunia luar. Korban meninggal telah mencapai 65 ribu jiwa. 

Negara-negara yang melihat genosida rakyat Palestina masih belum beranjak dari perundingan dan pengecaman. Bahkan ada 10 negara yang menolak Palestina merdeka dan 12 negara yang abstein. Kabar baiknya, mereka yang menolak sudah bisa diprediksi, yaitu Amerika dan Israel sendiri. Yang lain hanyalah negara-negara kecil yang mungkin "belum merdeka" karena tersandera negara adidaya. Hanya Iran yang telah melakukan serangan terhadap Israel ketika pada saat tepat, serangan itu menjadi sah karena merupakan serangan balasan. Melalui proksi-nya di Yaman dan Lebanon, Iran juga memberikan dukungan untuk melakukan perlawanan terhadap Israel. Berbeda dengan negara-negara di Jazirah Arab yang tidak tahu kenapa, tidak ada tindakan apapun kecuali berkomentar. Alih-alih melakukan tindakan kontra, negara-negara Arab justru memberikan bantuan di balik podium kepada Israel, baik langsung maupun tidak langsung. 

Di era informasi seperti saat ini, batas-batas negara bukan lagi menjadi hambatan. Tindakan-tindakan yang melampaui batas tentu akan segera tersiar ke seluruh dunia, meski berbagai upaya untuk membendung arus informasi. Upaya Israel dengan membunuh para jurnalis dan bahkan berusaha memutus koneksi internet pun tidak membuahkan hasil. Saat ini pun, pemberitaan gerakan Global Sumud Flotilla ini pun tidak didukung oleh negara-negara adidaya antek-antek zionis. Tapi perlu diingat, pengendali informasi tidak lagi sepenuhnya di tangan mereka. Semua mata dunia kini telah tertuju ke gelombang protes ini, maka jika terjadi apa-apa terhadap para aktivis GSF, maka itu hanya akan mempercepat kehancuran Israel.

Sejenak berdoa untuk mereka warga Palestina yang sangat menderita, para aktivis yang telah beraksi, dan para pendukung aksi-aksi tersebut dengan caranya masing-masing, semoga Allah melindungi semuanya dan kelak dunia lebih damai tanpa ada kekerasan.

Wallahu a'lam bis showab.. 


Daftar bacaan:

https://www.journalnusantara.com/internasional/80615928057/pernyataan-bersama-menteri-luar-negeri-mengenai-keselamatan-global-sumud-flotilla

https://globalsumudflotilla.org/

https://en.wikipedia.org/wiki/Global_Sumud_Flotilla


Posting Komentar untuk "Global Sumud Flotilla, sebuah "gerakan people power dunia" menolak genosida rakyat Palestina "