Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Meluruskan Niat

Alkisah, di sebuah desa terpencil bernama Desa Garing, hidup lah seorang warga desa bernama Paiman. Entah mengapa di Desa Garing tidak ditemukan satupun pohon kelapa. Untuk kebutuhan kelapa  sehari-hari, warga desa harus pergi ke kota yang jaraknya 30 Km. Seringkali, ada yang menawarkan ojek ke kota, tapi tentunya ongkos ojek jauh lebih mahal dari harga sebutir kelapa.

Kisah 1.

Melihat kondisi di Desa Garing, Paiman melihat ini sebagai peluang usaha. Di jual lah dua ekor sapinya untuk membeli mobil pick up bekas. Sisa uangnya untuk membuat lapak bambu sederhana dan untuk membeli satu rit kelapa untuk memenuhi bak pickupnya.

Lapak kelapa di depan rumahnya mulai dibuka. Hari demi hari semakin ramai, karena memang tidak ada pilihan lain selain membeli kelapa di tempat Paiman.

Paiman tidak melewatkan kesempatan yang baik ini. Berapun dia tawarkan harga kelapa, selama masih di bawah biaya tranport untuk beli di kota yang selama ini mereka lakukan, tentu warga desa akan tetap membeli.

 "Kelapa yang kecil satu butir berapa Pak Paiman?"

"Yang kecil  itu sepuluh ribu, kalau yang besar lima belas ribu."

"Wah, mahal sekali Pak?!"

"Ongkos ke kota kan mahal, Bu."

Ibu-ibu warga Desa Garing pun, meskipun dengan ngedumel,  akhirnya tetap membeli kelapa di lapak Paiman. 

Kisah 2.

Melihat kondisi di Desa Garing, Paiman tergerak hatinya. Di jual lah 2 ekor sapinya untuk membeli mobil pick up, membuat lapak bambu dan membeli satu rit kelapa. 

Paiman berniat membantu warga desa yang seringkali harus kehilangan banyak uang hanya untuk memenuhi kebutuhan kelapa. Dia melihat peluang terbuka lebar untuk beramal karena ingin kehadirannya bisa bermanfaat untuk warga desa.

"Kelapa yang kecil berapa, Pak?"

"Yang kecil delapan ribu, kalau yang super besar dua belas ribu lima ratus."

"Lho, harganya kok sama dengan di kota, apa gak rugi, Pak? Ongkos ke sana kan mahal."

 "Saya kan beli satu rit mobil pick up Bu, jadi lebih murah dari pada kalau ibu beli eceran."

"Oh iya, betul juga. Kalau gitu beli satu yang super ya, Pak"

"Baik, Bu. Uang ibu lima belas ribu jadi kembali dua ribu lima ratus."

"Wah, sudah lah Pak, ambil kembaliannya. Itung-itung buat nambah beli solar untuk pick upnya, Pak."

Begitu lah, ibu-ibu warga Desa Garing merasa sangat terbantu dengan adanya lapak Paiman. Mereka pun tak segan-segan mengikhlaskan uang kembaliannya sebagai bentuk ungkapan terima kasih.

Penutup

Tidak dipungkiri setiap manusia punya kepentingan untuk hidup lebih baik dan terus lebih baik lagi. Dengan terpaksa atau dengan ikhlas, manusia akan terus berupaya agar dapat memenuhi kepentingannya itu. Tapi bagi orang yang memahami hakikat kehidupan, dia akan menjalankan perannya dengan penuh kesadaran.

Allah SWT berfirman:

 مَنْ كَانَ يُرِيْدُ حَرْثَ الْاٰخِرَةِ نَزِدْ لَهٗ فِيْ حَرْثِهٖۚ وَمَنْ كَانَ يُرِيْدُ حَرْثَ الدُّنْيَا نُؤْتِهٖ مِنْهَاۙ وَمَا لَهٗ فِى الْاٰخِرَةِ مِنْ نَّصِيْبٍ 

Barangsiapa yang menghendaki keuntungan di akhirat akan Kami tambah keuntungan itu baginya dan barangsiapa yang menghendaki keuntungan di dunia Kami berikan kepadanya sebagian dari keuntungan dunia dan tidak ada baginya suatu bahagianpun di akhirat. 

(QS. Asy Syuro: 20)

Smoga bermanfaat, wallahu a'lam bi showaab..

Catatan:

(Nama orang dan tempat adalah fiktif)

Posting Komentar untuk "Meluruskan Niat "