Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Pendidikan yang memanusiakan manusia


Sejak mesin uap ditemukan pada 200 tahun lalu, manusia sudah mulai bersaing dengan mesin. Bagi pemilik modal, untuk membuat sebuah unit produksi akan mempertimbangkan lebih murah mana antara mempekerjakan manusia demgam investasi membeli mesin. Boleh jadi mesin lebih mahal, tapi masih tetap menguntungkan. Yang pasti,  mesin tidak pernah protes. Sedangkan manusia akan selalu menuntut kenaikan gaji, tambahan tunjangan, mengeluhkan beban kerja, bahkan bolos kerja. 

Persaingan manusia dengan mesin ternyata masih berlanjut. Jika 200 tahun lalu, persaingan masih antara kaum buruh (kerah biru/blue collar), pada era komputer, sekitar tahun 1980-an persaingan sudah mulai merambah ke kaum kerah putih. Mereka yang sudah merasa punya "cukup pendidikan" harus bersaing dengan komputer yang canggih. Tenaga administrasi yang dulu sudah cukup terhormat, pada era komputer tak lagi diperlukan. Bahkan ahli akuntansi, perpajakan, dan semua kemampuan di back office, sudah bisa dikerjakan oleh komputer. Teknologi ini masih diperkuat dengan intranet dan internet, membuat kaum kerah putih yang kompetensinya cuma calistung akan mangkrak.

Persaingan sudah selesai? Ternyata belum. Setelah persaingan otot dan ketrampilan manusia dengan mesin, babak baru adalah persaingan otak manusia dengan kecerdasan buatan atau Artificial Intelegent. Otak manusia yang katanya cerdas itu ternyata "tidak lebih cerdas" dari kecerdasan buatan.

Pada tahun 1996, dunia digemparkan oleh kekalahan Grand Master Dunia catur Garry Kasparov dari Deep Blue. Deep blue hanyalah sebuah komputer buatan IBM. Pada set pertama, Kasparov berhasil memenangkan pertandingan. Rupanya langkah-langkah Kasparov ini juga direkam oleh Deep Blue. Pada set kedua, perlawanan Deep Blue makin sengit. Pertandingan dinyatakan remis. Pada set ketiga, Deep Blue semakin pintar. Pada akhirnya membuat Kasparov mengakui kehandalan Deep Blue.

Era baru persaingan manusia dengan mesin sampai pada babak, dimana sesuatu yang dianggap paling berharga, yaitu otak manusia masih kalah dengan kecerdasan buatan. Namun perlu disadari, ini hanyalah otak kiri yang mekanis. Kemampuan otak manusia yang tak bisa ditandingi oleh mesin adalah kemampuan otak kanan.  Disana lah bersemayam kreatifitas, intuisi, imajinasi, yang seharusnya terus dikembangkan. Tidak hanya itu, lemampuan manusia sejatinya jauh melebihi apa yang sudah dipikirkan manusia itu sendiri.

Pendidikan yang hanya berorientasi materi justru hanya akan membuat manusia kehilangan jati diri. Pendidikan seharusnya mengembalikan manusia agar menemukan dirinya sendiri. 

Selamat Hari Pendidikan Nasional 2021. 

Posting Komentar untuk "Pendidikan yang memanusiakan manusia"